Aku begitu menikmati hari -hari di Kuta - Legian. Untuk kali ini, aku akan menghabiskan sepanjang siang di Pantai Seminyak sembari berharap adanya setitik kemungkinan yang semoga saja dibawa oleh Dewi Fortuna kali ini. *Menerawang. Keberadaan ku di Pulau Dewata ini sudah hampir tiga minggu. Kulit pun sudah mulai merah kecoklatan. Rasanya tak sabar untuk segera mengarungi ombak di sana.
Minggu kedua di bulan Mei, jalanan di sepanjang Kuta - Legian makin dipadati turis. Penjaja toko di kanan - kiri jalan semakin aktif menawarkan dagangan mereka. "Jangan beli di sini" begitu nasehat seorang teman bali. Karena saran dialah, setiap kali melewati jalanan ini, tak sedikitpun aku tergoda untuk membeli.
Perjalanan Kuta -Seminyak, diwarnai macet dibeberapa tingkungan. Toko, butik dan restauran pun mulai dikerumuni turis. Dalam waktu kurang lebih dua puluh lima menit, sampailah di Seminyak. Disambut teriknya matahari, dan hembusan angin yang cukup kencang siang itu, setelah memarkirkan motor di bawah pohon rindang, aku langsung melangkah ke pantai. Ombaknya masih riuh rendah siang ini. Aku memang sengaja dateng lebih awal supaya bisa pemanasan lebih dulu. Salah satu keuntungan di Seminyak adalah pantainya lebih sepi jadi terasa lebih tenang. Namun banyak juga gak enaknya, karena saking sepinya penjual minuman pun hanya ada satu, penjual makanan hampir saja tidak ada. Begitu juga penjaja payung pantai, tukang pijit ataupun tukang tato tak satupun terlihat di sekitar sini. Apa karena belum masuk ke musim liburan jadi Pantai masih sepi?. Ataukah memang seperti inilah keadaan Pantai Seminyak? atau mungkin karena ada Pura di dalamnya sehingga ada batasan - batasan yang harus dihormati. Entahlah, aku juga tak tahu. Akan ku tanyakan ke teman bali ku nanti.
Setelah berkeliling dan mengamati sekitar...membuat ku tiba - tiba teringat perjalan ke Bali pada waktu itu...
Tak sabar untuk segera berangkat ke Bali, satu jam sebelum boarding, aku sudah berada di bandara Soekarno Hatta. Tak ingin membuang waktu, aku pun langsung check in. Setelah mendapat nomor kursi, aku pun langsung masuk menuju pintu pemeriksaan dan sambil menunggu boarding, ku memanfaatkan waktu dengan menikmati musik sambil duduk di gang way.
Sekembalinya dari toilette, aku pun berniat untuk duduk kembali di gang way gate C2 tadi. Namun kali ini ada yang berbeda, ku lihat hal yang sedikit menarik. Seorang gadis mengenakan kaos putih dan cardigan biru garis berlengan tiga perempat, menatap kearah ku lekat - lekat.
Sekembalinya dari toilette, aku pun berniat untuk duduk kembali di gang way gate C2 tadi. Namun kali ini ada yang berbeda, ku lihat hal yang sedikit menarik. Seorang gadis mengenakan kaos putih dan cardigan biru garis berlengan tiga perempat, menatap kearah ku lekat - lekat.
Duduklah aku di sebuah bangku yang berada tepat berseberangan dengan gadis itu. Dia pun terlihat salah tingkah saat pandangan kami bertemu. Sambil mengetik sesuatu di blackberry-nya, gadis itu tersenyum. Mukanya kemerahan. Aku tak bergeming. Tetap duduk sambil mendengarkan musik. Ada suatu hal entah dari mana datangnya, membuatku ingin melihat ke arah gadis itu. Lalu, matapun bertemu mata. Dia hanya tertegun lalu menunduk dan mengetik sesuatu di blackberry-nya lagi. Secara sembunyi - sembunyi, gadis itu kembali menatap. Setelah akirnya kepergok beberapa kali, gadis berambut ikal sebahu itupun mengarahkan pandangannya ke tempat lain.,
Sesaat aku pun menunduk dan mengganti play list musik, ketika kembali menatap ke depan, gadis itu sudah menghilang. Aneh!!
Sesaat aku pun menunduk dan mengganti play list musik, ketika kembali menatap ke depan, gadis itu sudah menghilang. Aneh!!
Tak lama, aku pun menuju ruang tunggu keberangkatan pesawat. Setelah mendapat pemeriksaan dari petugas, aku duduk memunggungi pintu masuk. Setelah beberapa lama, aku merasa seperti ada seseorang yang mengawasi. Saat menoleh ke kiri, gadis berkaos putih dengan cardigan garis - garis tiga perempat dan tas ransel hitam yang tadi ku lihat di Gang way gate, sudah ada di sini. Aneh. Sungguh merasa kebetulan ini sunggulah aneh. Mungkin saja karena terlalu bosan menunggu membuat merasa kalau kebetulan ini adalah hal yang tak biasa.
Si small girl, begitu aku menyebutnya. Ku sebut seperti itu karena tubuhnya memang mungil, tidak sesuai dengan usianya yang ku duga lebih dewasa dari tampangnya.
< *begitulah gambaran yang paling tepat mengenai dia.
Diapun kembali menatapku. Mungkin itulah alasan dia mengambil kursi jauh namun tetap berhadapan dengan tempatku duduk. Saat aku menatap ke depan, dia masih saja menatapku. Its really awkward. Kali ini, that small girl tampak sedikit jera, diapun mengalihkan pandangannya ke jendela dan memasang airphone di telinganya sambil tetap mengetikan sesuatu di blackberry merah maroon-nya .
< *begitulah gambaran yang paling tepat mengenai dia.
Diapun kembali menatapku. Mungkin itulah alasan dia mengambil kursi jauh namun tetap berhadapan dengan tempatku duduk. Saat aku menatap ke depan, dia masih saja menatapku. Its really awkward. Kali ini, that small girl tampak sedikit jera, diapun mengalihkan pandangannya ke jendela dan memasang airphone di telinganya sambil tetap mengetikan sesuatu di blackberry merah maroon-nya .
Tak sabar untuk segera menaiki pesawat, akhirnya membuatku bertanya kepada petugas informasi yang duduk di tengah ruangan. "Lima belas menit lagi, Anda diijinkan untuk memasuki pesawat" begitu ucp seorang petugas. Setelah mendengar penjelasan si petugas, aku pun duduk di sisi lain ruangan.Saat ku lihat ke arah gadis itu, diapun masih menatap jendela. Tak lama setelah itu, aku pun menuju antrian untuk memasuki pesawat.
Setelah menemukan kursi sesuai dengan nomer yang ku miliki dan meletakkan tas di bagasi pesawat, aku pun duduk. *Rasanya tak nyaman sekali kursi pesawat ini. Ketika aku melihat ke depan hendak berdiri, ternyata that small girl sudah ada di hadapanku. Dia menengadahkan pandangannya menatap nomer - nomer yang tertera dan mencocokkannya dengan kertas yang ada ditangannya.
Karena dia hanya diam, akupun akirnya bertanya pada gadis itu. "Do you sit here?". Jawaban "Ya" -nya terdengar sayup - sayup ditelinga.*Oh My God, she's my companion..., i think that she will going somewhere, but doesn't take the same as me.
Karena dia hanya diam, akupun akirnya bertanya pada gadis itu. "Do you sit here?". Jawaban "Ya" -nya terdengar sayup - sayup ditelinga.*Oh My God, she's my companion..., i think that she will going somewhere, but doesn't take the same as me.
Lalu aku pun berdiri di gang way untuk membiarkan dia masuk dan duduk di bangkunya setelah sebelumnya aku membantu gadis itu meletakan tas punggungnya di bagasi. *its heavier than i though. Dia tidak mungkin bisa meletakkan tas miliknya dengan tangannya sendiri. Tak mungkin terjangkau olehnya. Akupun tersenyum melihat usahanya. Ouuch!!! Seorang penumpang yang tidak sabar lewat menabrakku, saat aku menunggu gadis itu duduk.
She looks like smiling while looking at the window. Her face is red when i ask her, "the toilette is right there, right?" and kind of shocking, she turn her head and nod while smile she said, "Yes, i think".
To be continue.....
She looks like smiling while looking at the window. Her face is red when i ask her, "the toilette is right there, right?" and kind of shocking, she turn her head and nod while smile she said, "Yes, i think".
To be continue.....
No comments:
Post a Comment